Bandung, Mendikbud --- Konferensi Asia Afrika (KAA) pada 18-24 April 1955 merupakan peristiwa kebudayaan yang mempunyai dampak besar dan lebih dari sekadar berkumpulnya para kepala negara dari Asia dan Afrika. Selain itu, pada konferensi tersebut ada pertukaran pemikiran dan budaya antar negara-negara peserta KAA.
Demikian disampaikan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud),
Anies Baswedan, saat menyampaikan orasi budaya dalam acara Pendukungan
Kegiatan Konferensi Asia Afrika Ke-60 Menuju World Culture Forum (WCF)
II Tahun 2016, di Gedung Indonesia Menggugat, Bandung, Sabtu
(18/4/2015).
Mendikbud mengungkapkan, berbagai media di Indonesia pada bulan
Februari sampai April 1955 memberitakan parade kritik terhadap
penyelenggaraan KAA dan Soekarno menjadi sasaran kritik tersebut. Pada
saat itu, kata dia, di negeri yang sangat miskin merata dan masih banyak
orang yang buta huruf, para pemimpin Indonesia memutuskan untuk
mengumpulkan kepala negara di Asia dan Afrika serta menghabiskan biaya
yang sangat besar. Namun setelah 60 tahun kemudian, kata dia, tidak ada
yang mempermasalahkan kritik-kritik itu lagi. "Di sini bedanya antara
orang yang melayani opini hari ini dan orang yang membuat sejarah masa
depan," ujarnya.
Mendikbud mengimbau, para pemimpin yang memikirkan bangsa Indonesia ke
depan, jangan hanya sekadar memikirkan opini masyarakat saat ini saja
meskipun itu penting. Jika sedang dalam posisi membicarakan rute
perjalanan bangsa Indonesia, kata dia, jangan pernah terkecoh dengan
keramaian yang ada di tengah-tengah masyarakat. "Bila yakin yang
dikerjakan benar, pikirkanlah apa yang dikatakan sejarahwan di masa
depan, karena itu yang akan menentukan apakah langkah hari ini memiliki
dampak yang positif atau tidak untuk sebuah bangsa," tuturnya.
Mendikbud mengatakan, para peserta KAA 1955 yang datang ke Indonesia
bukan karena rasa kasihan terhadap kondisi di Indonesia pada saat itu.
Tetapi, kata dia, mereka melihat sebuah peradaban Indonesia yang
memesona melalui gagasan negeri yang dibangun dari landasan tradisi
dengan konsep negara modern. Dia mengatakan, semua peserta KAA pada saat
itu ingin seperti Indonesia dan menghasilkan orang-orang terdidik dan
tercerahkan seperti di Indonesia. "Ini kehebatan kita di periode itu,"
katanya. (Agi Bahari)
Sumber : www.kemdiknas.go.id
Sumber : www.kemdiknas.go.id
0 comments:
Posting Komentar