Solo, Jawa Tengah, - Dalam kehidupan sosial kita diwarnai dengan gesekan-gesekan, beberapa ketersinggungan, kekecewaan, salah paham, gagal faham, kemarahan, kecemburuan, perselisihan pendapat, pertengkaran, makian bahkan sampai pada hujatan.
Hal itu disampaikan oleh Wali Kelas 2 B SD Muhammadiyah 1 Ketelan Surakarta
Elina Dyah Indriyani, S.Pd saat mengisi kultum, Selasa (27/3/2018) pagi pukul 07.00 WIB.
Elin membacakan ayat Walaa ya/tali uluu alfadhli minkum waalssa’ati an yu/tuu ulii alqurbaa waalmasaakiina waalmuhaajiriina fii sabiili allaahi walya’fuu walyashfahuu alaa tuhibbuuna an yaghfira allaahu lakum waallaahu ghafuurun rahiimun
Allah telah berfirman dalam surah an Nuur ayat 22, " Dan janganlah orang-orang yang mempunyai kelebihan dan kelapangan di antara kamu bersumpah bahwa mereka (tidak) akan memberi (bantuan) kepada kaum kerabat(nya), orang-orang yang miskin dan orang-orang yang berhijrah pada jalan Allah, dan hendaklah mereka memaafkan dan berlapang dada. Apakah kamu tidak ingin bahwa Allah mengampunimu? Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang,."
Dalam kehidupan sosial kita diwarnai dengan gesekan-gesekan, beberapa ketersinggungan, kekecewaan, salah paham, gagal faham, kemarahan, kecemburuan, perselisihan pendapat, pertengkaran, makian bahkan sampai pada hujatan.
Tentu semua itu mudah kita temukan dalam kehidupan sehari-hari terlebih di masa sekarang ini. Bisa melalui sosmed, gesekan-gesekan itu muncul. Yang pasti gesekan-gesekan itu bisa mengganggu dalam kehidupan kita. Salah satu contoh bisa kita rasakan apabila ada komen atau tanggapan orang lain yang tidak selalu sefaham dengan apa yang kita rasakan.
Gesekan-gesekan yang mengganggu tersebut bisa jadi merupakan sisi gelap yang mempengaruhi pikiran kita. Ada baiknya kita memandang sisi gelap tersebut dengan positif thinking atau at Tafkir Al Ijabi yaitu semua itu sebagai pelengkap kehidupan dan gesekan itulah yang membuat hidup ini menjadi indah, oleh karena itu keindahan hidup ini salah satu sumbernya adalah fenomena berpasangan. Tidak hanya pria dan wanita, siang dan malam, bumi dengan langit, bahkan cinta berpasangan dengan benci dan seterusnya.
Pasangan-pasangan kontradiktif itulah yang menjadikan hidup ini indah, sejatinya kita tidak akan merasakan nikmat sehat, kalau tidak merasakan sakit, tidak akan merasakan damai bila tidak ada kekacauan dalam hidup, dengan berfikir positif, kita akan menerima gesekan hidup sebagai bumbu penyedap rasa kehidupan yang menggairahkan, memotivasi kita senantiasa berada di jalan Allah, cara berfikir seperti inilah yang akan membuat kita menjadi orang yang peramah dan pemaaf, pendamai yang bahagia dan membahagiakan, bila kesalahan dan kekhilafan merupakan sifat yang ada pada setiap orang semestinya. Peramah dan pemaaf yang menjadi sifat yang seharusnya kita milikki. Dengan begitu, kita akan bisa memperkuat, memperkokoh, meneguhkan hubungan sosial kita.
Untuk memaafkan kesalahan orang lain kita perlu:
1. Memperbesar rasa cinta dan kasih sayang kepada orang lain.
2. Mengakui dan menyadari semua kekurangan dan kekhilafan kita dan bahwa kita pun menuntut untuk difahami dimaklumi juga dimaafkan.
3. Meyakini bahwa sifat pemaaf itu membahagiakan dan sifat pemarah dan pendendam itu menyusahkan.
4. Meyakini bahwa sifat pemaaf itu walaupun berat itulah jalan yang benar untuk memperkuat kepribadian, kedewasaan diri, dan menjadikan kita sebagai orang yang lebih bijak.
5. Meyakini bahwa sifat pemaaf itu cara efektif dengan meraih maghfirah, yaitu ampunan dari Allah. Perjuangan menjadi pemaaf akan mengajarkan kita banyak hikmah juga kejernihan pikiran dan itulan ciri orang bertaqwa.
Humas Jatmiko.
Redaksi : SD Muhammadiyah 1 Surakarta
Dokumentasi : SD Muhammadiyah 1 Surakarta
Kamis, 29 Maret 2018
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 comments:
Posting Komentar