Solo, Jawa Tengah- Sebagai sekolah yang selalu berinovasi seiring perkembangan zaman, SD Muhammadiyah 8 Jagalan Surakarta berupaya membuat terobosan-terobosan yang positif. Hal tersebut dibuktikan dengan diselenggarakannya “Malam Refleksi Milad SD Muhammadiyah 8 Jagalan Surakarta”, Rabu (30/01). Acara yang diadakan di Masjid Baiturrahman Jagalan tersebut bertujuan untuk menampilkan kilas balik perjalanan 57 tahun SD Muhammadiyah 8 Solo dalam kiprahnya memberikan layanan pendidikan kepada masyarakat.
Acara diawali dengan sholat lail berjamaah yang diikuti oleh seluruh guru dan karyawan, Komite Sekolah, Pimpinan Ranting Muhammadiyah Jagalan, Pimpinan Cabang Muhammadiyah Jebres, serta pelaku-pelaku sejarah seperti penjaga sekolah, guru dan kepala sekolah yang pernah menjabat di SD Muhammadiyah 8 Jagalan Surakarta.
Beberapa tamu undangan yang hadir diminta untuk menceritakan perjuangan, kegigihan serta pengalamannya ketika menjabat. Pengurus ranting sekaligus komite sekolah, Muchsin Al Rosyid, menceritakan awal lahir gagasan didirikannya SD Muhammadiyah 8 Jagalan Solo sekaligus awal kebangkitan Muhammadiyah di lingkungan Kelurahan Jagalan.
“Saat itu lingkungan Kelurahan Jagalan yang berada di Kecamatan Jebres, Kota Surakarta ini merupakan basis dari kalangan non muslim yang memberikan pengaruh terhadap akidah kalangan muslim melalui dunia pendidikan. Hal ini disebabkan banyaknya sekolah-sekolah Kristen yang berada di lingkungan Kelurahan Jagalan yang mengharuskan para orangtua menyekolahkan anak-anaknya di sekolah tersebut. Karena kemirisan dan kekhawatiran inilah, timbul suatu gagasan untuk mendirikan SD Muhammadiyah 8 Jagalan Surakarta, tepatnya pada tanggal 31 Januari 1962 oleh Pimpinan Ranting Muhammadiyah Jagalan, yakni H.Akhmad Turmudzi dan beberapa tokoh lain seperti Sudalmiyah, Hadiatmojo, Ja’far Muhammad, Hadi Salamun, Reksowiyono, Amir Surojo dan Hagnyo Lumakso”, tuturnya.
“Pada awal berdiri, SD Muhammadiyah 8 Jagalan bertempat di rumah Turmudzi, dengan kepala sekolah pertama saat itu Salamah dan siswa sejumlah 11 orang. Namun seiring berjalannya waktu dengan pengelolaan yang lebih baik, maka semakin meningkat jumlah siswa. Pada tahun 1970, sekolah pindah ke kompleks Masjid Baiturrahman di Jalan Suryo 145 Jagalan Surakarta sampai sekarang”, imbuhnya mengakhiri cerita.
Sampai saat ini, SD Muhammadiyah 8 Jagalan sudah mengalami tujuh kali pergantian kepala sekolah. Dalam refleksi, turut hadir dua mantan kepala sekolah yakni Supadi selaku kepala sekolah ke-5 yang menjabat dari tahun 1991-1999 dan H.Khoeron, S.Ag.,M.PdI. sebagai kepala sekolah ke-6 yang menjabat dari tahun 1999-2017.
Supadi menceritakan kisah perjuangannya sebagai seorang guru pada zaman dahulu yang harus mengayuh sepeda ontel dari rumahnya menuju sekolah dengan jarak puluhan kilo setiap harinya yakni dari kediamannya di Boyolali hingga Solo. Beliau juga menyampaikan harapannya semoga dengan keadaan sekolah yang sekarang, SD Muhammadiyah 8 Jagalan lebih berkemajuan dan lebih diminati masyarakat luas.
Sementara itu, Khoeron, selaku Ketua Pimpinan Cabang Muhammadiyah Jebres sekaligus mantan kepala sekolah ke-6 turut menambahkan awal mula SD Muhammadiyah 8 disebut SD MAPAN, “Ketika itu berbagai kenakalan-kenakalan siswa kami temui dan setelah sekolah di sini Alhamdulillah mereka menjadi lebih mapan. Dari situlah sebutan SD MAPAN untuk SD Muhammadiyah 8 jadi melekat hingga sekarang”, jelasnya.
Sumiyati, mantan guru SD Muhammadiyah 8 Jagalan yang kini menjabat sebagai pengawas guru PAI Kecamatan Laweyan, membenarkan apa yang di sampaikan Khoeron bahwa SD Muhammadiyah 8 dahulu ibarat bengkel. “Saat itu, karena dirasa muridnya masih sedikit, maka kita menerima murid pindahan, bersedia menghadapi kenakalan anak yang sangat bervariatif. Perbaikan program adalah langkah awal memajukan SD saat itu, tak lupa komitmen bersama dan kerjasama adalah kunci. Siap membangun prestasi dan promosi program sekolah”, tuturnya.
Selain itu, Sumiyati berharap SD Muhammadiyah 8 Jagalan dapat meningkatkan kualitas pendidikan agama khususnya program tahfidz. “Sekolah yang diminati sekarang ini adalah sekolah tahfidz, maka alangkah baiknya jika diperkuat lagi pendidikan agamanya, ibadah dan akhlaknya, sesuai branding SD Muhammadiyah 8 Jagalan sekarang, yakni Sekolah Pendidikan Budaya berbasis Religi”, imbuhnya.
Pada akhir acara, Parimin Tedjo Pramono, selaku Kepala Sekolah, mengucapkan terimakasih kepada seluruh tamu undangan yang berkenan hadir dan kepada panitia milad atas kerja kerasnya mempersiapkan acara. Beliau berpesan kepada para hadirin tentang pentingnya mengingat sejarah.
“Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum kecuali kaum tersebut yang mengubah nasibnya sendiri. Dengan mengingat sejarah perjuangan para pendiri dan pendahulu SD kita, marilah kita tekadkan diri untuk berubah demi kemajuan sekolah kita”, ucapnya menutup acara.
Kegiatan refleksi milad merupakan salah satu agenda dalam rangkaian peringatan Milad ke-57 SD Muhammadiyah 8 Jagalan Surakarta. Peringatan Milad ke-57 SD Muhammadiyah 8 Jagalan Surakarta diadakan dalam beberapa acara yang dimulai pada tanggal 26 Januari 2019 dan puncaknya pada tanggal 2 Februari 2019.
Rabu, 06 Februari 2019
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 comments:
Posting Komentar