SOLO — Di era Industri 4.0 apapun bisa diakses melalui telepon genggam dengan sekali klik dengan instan dan cepat. Salah satu dampaknya, kurangnya menghargai proses. Oleh karena itu, penting mengajarkan anak untuk terbiasa melewati beberapa proses dengan sungguh-sungguh dalam belajar perlu ditanamkan.
Metode mendongeng mengajari anak berjiwa sosial saling Asah, Asih dan Asuh bisa menjadi alternatif. Seperti yang dilakukan di Sekolah Pendidikan Karakter Berbasis TIK dan Budaya SD Muhammadiyah 1 Ketelan Surakarta.
Halaman sekolah tersebut dipenuhi ratusan siswa yang sudah duduk rapi sesuai kelas masing-masing. Mereka terlihat sangat gembira karena akan mengikuti kegiatan parade mendongeng dalam rangka peringati Nuzulul Quran.
Wakil Kepala Sekolah bidang Humas Jatmiko menyampaikan bahwa mendongeng merupakan media efektif, menanamkan nilai pendidikan karakter kepada siswa usia SD.
“Kita memberikan nasihat tanpa menggurui, dengan rasa senang, gembira menjadikan anak malah butuh nasehat tersebut sehingga dengan penuh perhatian menyaksikan dan mendengarkan dengan enjoy pentingnya nilai empati, kepekaan dan kepedulian terhadap sesama,” jelasnya. Rabu (22/5/2019)
Selesai berdoa di kelas masing-masing, peserta didik membawa kencleng surga melalui program filantropi cilik yang bekerja sama dengan Lazismu Solo.
Acara dilanjutkan dengan mendongeng oleh Kak Rachmat dari Istana Dongeng Nusantara. Gaya penyampaian dongeng yang sangat komunikatif diselingi dengan nyanyian, tarian, dan gerakan-gerakan unik membuat siswa semakin antusias mengikuti kegiatan ini di akhiri pendongeng Kak Amar.
Rachmat Agung Cahyo atau lebih dikenal Kak Rachmat memberikan tausiah tentang kewajiban kita terhadap Al-Qur'an, di antaranya adalah bagaimana mengimani, membaca, memahami, mengamalkan dan mengajarkannya.
Tausiyah tersebut dikemas dalam cerita. Ia mengambil tokoh bernama Sari, boneka dongeng lucu yang menemani kak rachmat bercerita. Dengan alur cerita Sari anak sholihah yang pergi beritikaf ke masjid berusaha untuk mendapatkan malam lailatul bersama adiknya.
“Menyampaikan pelajaran kepada anak yang dikemas dengan cara yang menarik dengan metodologi cerita dan keteladanan dari tokoh cerita, diharapkan pesan lebih melekat pada ingatan anak, karena anak-anak tidak hanya melihat pesan apa yang disampaikan, tetapi juga cara kita dalam menyampaikan pesan moral kepada anak menentukan pesan itu diterima atau tidak,” ujar Rachmat.
Sementara itu, Direktur Lazismu Solo Reynal Falah, Program ini diharapkan dapat menumbuhkan semangat bersedekah pada siswa serta memiliki kepedulian pada sesama.
“Melatih siswa rajin berderma, sebagai bagian pendidikan karakter, aplikasi nilai keislaman sejak dini, dan meneladani kisah perjuangan KH. Ahmad Dahlan ketika awal-awal mendirikan Persyarikatan Muhammadiyah,” kata Reynal.
Humas Jatmiko.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 comments:
Posting Komentar