SOLO - SD Muhammadiyah 1 Ketelan sangat gencar mengkampanyekan gerakan hemat energi, upaya menuju gerakan peduli dan berbudaya lingkungan hidup di sekolah (PBLHS) yang berkelanjutan dan berkarakter, Rabu (18/12/2019). Wakil Kepala Sekolah bidang Humas Jatmiko, mengatakan, membangun adiwiyata butuh waktu, minimal 1 tahun sebelum Penilaian. Adiwiyata sebagai indikator penyelesaian masalah lingkungan sekaligus media belajar siswa.
"Adiwiyata membantu sekolah lebih meningkatkan prestasi dan kwalitas sekolah, langkah penghematan energi dalam upaya ketersediaan energi listrik, kami libatkan siswa dan perwakilan paguyuban orang tua siswa pasang stiker himbauan hemat energi lewat desain visual inspiratif mudah diingat," ujarnya.
Program Adiwiyata salah satu di antara program Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan bekerja sama dengan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dalam rangka mendorong terciptanya pengetahuan dan kesadaran warga sekolah untuk ikut bertanggung jawab dalam pelestarian lingkungan hidup yang bersih dan sehat.
Sementara itu, Ketua 2 Pengelola lomba sekolah sehat tingkat nasional, Winursito telah mengikuti bimbingan teknis sekolah peduli, berbudaya dan cinta lingkungan hidup dengan topik “Kajian lingkungan sekolah dalam mewujudkan sekolah Adiwiyata yang berkesinambungan pada tanggal 11-12 Desember 2019 di Fave Hotel Manahan, diselenggarakan oleh LSM Shind Jogja dengan Narasumber DR. Agusti Thamrin, M.Pd, M.Si, DLH Surakarta dan PT. Tirta Investama Klaten. “Sebagai utusan sekolah siap melaksanakan hasil Workshop Pengelolaan Sampah dan Pelatihan Sistem Bank Sampah digital atau online terpadu,”ujar winursito.
Dalam bintek itu, peserta mendapat konservasi energi listrik, gerakan peduli, tips sukses beradiwiyata, manajemen pengelolaan sampah kota Surakarta, manajemen bank sampah online, dan peraturan Permen LH No. 05/2018. Saat ini vol sampah di kota Surakarta semakin tinggi, ini merupakan salah satu masalah yang sangat serius bagi masyarakat warga masyarakat kota surakarta. Berdasarkan data dari bidang persampahan DLH Kota Surakarta rata-rata sampah yang dibawa ke TPA putri cempo 300 ton/hari. Masalah ini karena masih kurangnya edukasi tentang bagaimana cara untuk memilah sampah dari hulu.
Dengan keluarnya perwali no. 5 tahun 2019 tentang JAKSTRADA ( Kebijakan Strategi Daerah) tentang pengurangan sampah Rumah tangga dan Sampah sejenis Rumah tangga, maka semua steakholder harus bisa mengelola sampahnya agar supaya dapat membawa dampak pengurangan sampah di TPA sehingga akan memperpanjang usia TPA.
“Dunia pendidikan diharapkan sebagai pilot proyek atau percontohan dalam hal untuk pemilahan sampah, sampah organik bisa dimanfaat sebagai pupuk kompos,”Pungkas Banny, SE, MM Kasi Peningkatan Kapasitas Lingkungan, DLH Surakarta.
Humas, Jatmiko.
0 comments:
Posting Komentar