SOLO – Lima dalang berkemajuan SD Muhammadiyah 1 Ketelan Surakarta sowan sang Maestro Ki Manteb Soedharsono di Karangpandan, Karanganyar, Senin (3/2/2020).
“Sebagai orang yang dituakan di mintai petunjuk sebisa mungkin saya jawab. Panggil saya mbah Manteb. Menjadi seniman pedalangan, tapi pertama kali saya berbangga karena terutama SD Muhammadiyah 1 Ketelan Surakarta anak didiknya suka wayang, itulah orang Indonesia,” ujar ki Manteb.
“Sebagai orang yang dituakan di mintai petunjuk sebisa mungkin saya jawab. Panggil saya mbah Manteb. Menjadi seniman pedalangan, tapi pertama kali saya berbangga karena terutama SD Muhammadiyah 1 Ketelan Surakarta anak didiknya suka wayang, itulah orang Indonesia,” ujar ki Manteb.
Permohonan saya, semua saja marilah kita berbudaya, melengkapi jati diri bangsa Indonesia karena budaya itu angan-angan pikiran yang bisa menimbulkan kebaikan, ketentraman, persatuan dan kesatuan untuk mencintai negara Republik Indonesia lewat agama dan budaya.
“Kalau ingin belajar menjadi dalang harus jujur; jujur terhadap dirinya sendiri, orang tua maupun gurunya. Jadi dalang harus mengenyam pendidikan TK, SD, SMP, SMA hingga perguruan tinggi, apabila tidak berpendidikan kurang lengkap, untuk penguasaan teknik bisa gladi di rumah,”urai Dalang Syetan.
“Kalau ingin belajar menjadi dalang harus jujur; jujur terhadap dirinya sendiri, orang tua maupun gurunya. Jadi dalang harus mengenyam pendidikan TK, SD, SMP, SMA hingga perguruan tinggi, apabila tidak berpendidikan kurang lengkap, untuk penguasaan teknik bisa gladi di rumah,”urai Dalang Syetan.
Wakil Kepala Sekolah bidang Humas, Jatmiko menyatakan pagelaran wayang kulit merupakan tontonan penuh tuntunan yang bisa mengantarkan masyarakat kepada tatanan berkeadaban.
“Kami berharap dengan sekolah dinobatkan sebagai sekolah budaya, karakter semakin kokoh dan seni budaya terus tumbuh dan berkembang lewat kegiatan ekstrakurikuler dan pihak-pihak yang akan memfasilitasi anak-anak kami tampil di luar sekolah,” ujar Jatmiko ketika ikut mengantar silaturahmi bertajuk “Aku Bangga Menjadi Anak Indonesia, NKRI Harga Mati,”.
“Kami berharap dengan sekolah dinobatkan sebagai sekolah budaya, karakter semakin kokoh dan seni budaya terus tumbuh dan berkembang lewat kegiatan ekstrakurikuler dan pihak-pihak yang akan memfasilitasi anak-anak kami tampil di luar sekolah,” ujar Jatmiko ketika ikut mengantar silaturahmi bertajuk “Aku Bangga Menjadi Anak Indonesia, NKRI Harga Mati,”.
Siapa yang tidak tercengang diajak oleh sekolah bertemu Ki Manteb yang terkenal dengan sabetan wayangnya, untuk syuting film dokumenter bersama salah satu stasiun TV Tanah Air dengan sebutan Genk Gibran semuanya berjalan dengan lancar.
“Kecepatan jari Ki Manteb bikin aku terpukau. ini yang belum hilang dari ingatan saya, temanku ada Muhammad Azkhavin Rizky Wiratama, Galen Bianco Hartono, dan adikku Brama Kesawa putra dalang Ki Cahyo Kuntadi Sukesi Rahayu, semua dalang berpotensi dan berkemajuan, serta guruku Dalang Muda Muhammadiyah Ki Agung Sudarwanto, M.Sn,” ucap Gibran dalang milenial.
“Kecepatan jari Ki Manteb bikin aku terpukau. ini yang belum hilang dari ingatan saya, temanku ada Muhammad Azkhavin Rizky Wiratama, Galen Bianco Hartono, dan adikku Brama Kesawa putra dalang Ki Cahyo Kuntadi Sukesi Rahayu, semua dalang berpotensi dan berkemajuan, serta guruku Dalang Muda Muhammadiyah Ki Agung Sudarwanto, M.Sn,” ucap Gibran dalang milenial.
Menurut Ki Agung Sudarwanto yang merupakan anggota Persatuan Pedalangan Indonesia (Pepadi) Kota Surakarta Bidang Penelitian dan Pengembangan (Litbang.
Sebutan Dalang Cilik telah di raih pada masanya di daerah Kauman, Nganjuk, Jawa Timur. Ia kondang di masa kecilnya hingga sekarang dengan inovasi dan tetap eksis.
Penting bagi diri dan anak didiknya mengunjungi pelaku budaya empu paripurna sebagai penguat pendidikan karakter.
"Sangat bermanfaat untuk menguatkan karakter generasi dalang bocah seperti halnya yang disampaikan Ki Manteb tentang penanaman nilai kejujuran bagi seorang dalang," pungkasnya.
Humas, Jatmiko.
0 comments:
Posting Komentar