SOLO – Pelatihan Menulis Artikel Populer dan Jurnalistik Berbasis Android menjadi acara spesial bagi Jatmiko, Wakil Kepala Sekolah bidang Hubungan Masyarakat (Humas), Minggu (1/3/2020).
Acara ini dihadiri sebanyak 123 undangan berasal dari Banyumas, Boyolali, Purworejo, Klaten, Karanganyar, Sragen dan Semarang yang memenuhi Aula SMA Muhammadiyah 1 Karanganyar.
Pelatihan menghadirkan Sang Inovator Portal Media Inovatif Taufik Mulyadi S Pd MT yang juga Owner, Andri Saptono CEO Surya Pustaka Ilmu, Cosmas Gunharjo Wartawan Senior dan Giyato Penulis artikel di Suara Merdeka, Solopos dan Joglosemar.
”Era digital mempermudah humas bertugas, di manapun kapanpun, kita harus siap bagaimana menulis di android mencitrakan sekolah, sehingga WA, IG bisa produktif untuk pembelajaran yang muaranya sukses selalu untuk kita semua,” tutur Jatmiko, Peraih Humas Reward Terbaik dari Majelis Pendidikan Dasar dan Menengah Surakarta pada Selasa (28/5/2019).
Kegiatan pelatihan Menulis Artikel Populer dan Jurnalistik Berbasis Android untuk guru TK, SLB, SD, SMP, SMA, dan SMK Provinsi Jawa Tengah diselenggarakan secara IN dan ON, secara Daring pada tanggal 03 hingga 07 Maret 2020.
Materi teknik dasar menulis artikel, teknik mencari ide, referensi dan pengembangan opini, praktik menulis artikel populer, dasar-dasar jurnalistik, trik lolos artikel di media massa cetak dan online, praktik membuat berita atau profil sekolah dan teknik menulis artikel menggunakan Handphone Android.
“al Hamdulillah, dapat Buku Selfi Komik dan Sirobert, Majalah Hadila karena tadi yang lolos pertama kali menulis artikel pendidikan M1 Smart Card Jadi Wisata Literasi dan Karakter,”Papar Jatmiko Waka Sekolah Pendidikan Karakter berbasis TIK dan Budaya.
Pramoedya Ananta Toer mengatakan, orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah.
Seorang guru tidak mau menulis ibarat burung bersayap satu. Burung hanya mampu meloncat dari satu dahan ke dahan yang lain atau terbang pendek dari satu pohon ke pohon lain yang jaraknya sangat dekat.
Artinya, guru yang tidak mau menulis hanya mampu menyampaikan ilmunya dari satu ruang kelas ke ruang kelas yang lain. Guru yang mau menulis akan mampu menyampaikan pemikiran dan ilmu mereka lebih luas tanpa dibatasi oleh sekat apapun, terlebih di era digital seperti sekarang ini.
Idealnya, seorang guru di samping mahir berbicara di depan kelas juga mahir menulis. Tetapi kenyataannya tidak demikian.
Hampir semua guru mampu berbicara dengan lancar dan lantang di kelas, pada saat upacara bendera, pidato, ceramah, khutbah, bahkan demonstrasi.
Namun, ketika guru diminta untuk menulis, banyak yang mengalami kesulitan. Mereka merasa tidak mampu dan parahnya tidak mau berusaha untuk mampu.
Kiat Praktis Menulis Opini
Soal mengapa menulis opini, Giyato mengatakan, paling mudah dibuat, memberi manfaat dalam tanda kutip abadi, rekreasi intelektual dan bisa dibuat buku.
Bagaimana langkah menulis opini? Dari yang diamatinya, pertama menemukan ide bisa isu aktual, diskusi, studi pustaka, dan obervasi. kedua, mencari referensi bisa buku, majalah atau surat kabar, jurnal, internet. ketiga, mengembangkan opini dengan MPS (Masalah, Penyebab, Solusi), keempat, kekuatan bahasa komunikatif mudah difahami, populer di masyarakat dan bernas padat berisi, kelima dan kenali media mulai dari gaya selingkung, kirim naskah ke media yang sesuai dengan tema tulisan.
“Jangan lupa, beri nomor telepon, email, alamat, foto diri (kalau perlu), agar redaksi bisa mengontak kita jika ada hal pertanyaan. Jika naskah tidak dimuat, jangan putus asa. Pelajari kekurangannya, kalau perlu minta masukan dari orang lain,”Pungkas Giyato.
Humas, Jatmiko.
0 comments:
Posting Komentar