“Berdasarkan pertemuan BIAS imunisasi MR siswa kelas 1ABCD dijadwal Senin kelas 1A pukul 08.30-09.30 dan kelas 1B pukul 10.00-11.00 sedangkan hari Selasa kelas 1C pukul 08.30-09.30 dan 1D pukul 10.00-11.00 WIB,” jelas Kepala Sekolah Hj Sri Sayekti MPd, Senin (21/9/2020).
Dalam pelaksanaan BIAS memperhatikan protokol kesehatan dengan cara memastikan anak dan pnegantar dalam kondisi sehat. Memakai masker dan Faceshild. Membatasi jumlah pengantar 1 orang saja. Tetap menjaga jarak 1 hingga 2 meter. Mencuci tangan setelah dan sebelum pelayanan. Ukur suhu dan screaning.
Mekanisme penyuntikan imunisasi tenaga kesehatan menggunakan APD sesuai standar, mengatur keluar masuk segera pulang setelah selesai diimunisasi. Memastikan rauang imunisasi bersih dan memastikan fasilitas mencuci tangan pakai air mengali atau hand sanitizer.
"Anak-anak kelas 1 tahun ini lebih berani dan hebat. Mereka sudah mempersiapkan dirinya sendiri untuk diimunisasi. Padahal mereka masih belajar dari rumah (BDR)," imbuh Sayekti.
Sebelum imunisasi, pihak sekolah sudah bersurat kepada orang tua siswa. Jika orang tua siswa tidak mengizinkan, maka tidak akan diberikan imunisasi. Dengan nomor surat 106/III.4.AU/A/IX/2020 via WhatsApp.
Petugas medis dari UPT Puskesmas Stabelan Dinas Kesehatan Pemerintah Kota Surakarta lengkap dengan APD memberikan suntikan imunisasi MR kepada siswa laki-laki dan perempuan yang datang.
Para siswa juga diwajibkan menerapkan prrotokol kesehatan Covid-19 dengan menggunakan masker dan memakai pelindung wajah serta didampingi orang tua.
Kepala UPT Puskesmas Setabelan dr Suci Wuryanti menganjurkan agar kegiatan dapat berjalan lancar dimohon kerjasamanya. Menterjunkan 5 petugas, dr Yuswanto, Anggun, Annisa, Yusuf dan Yuliana.
“Menyarankan anak untuk sarapan pagi, menyiapkan air panas dalam termos dan mengisi Register pencatatan hasil bias mulai dari nama, tanggal lahir dan nama orang tua,”ujar Suci.
Meskipun imunisasi sudah sangat populer, tetap saja peserta didik menghadapinya dengan ketegangan. Melihat jarum suntik walaupun kecil tetap saja menakutkan. Namun karena kondisi kelas yang sepi membuat grogi dan terkesan tidak ingin menjadi tontonan.
‘’Senang demi kesehatan dan masa depan. Jaga jarak, pakai masker, pakai alat pelindung diri suasana jadi jadi bikin tegang, tapi tidak menangis,’’ ungkap Fahri Ganendra Prihandono, siswa kelas 1A.
Humas, Jatmiko.
0 comments:
Posting Komentar