SOLO – Sebanyak 4 Guru SD Muhammadiyah 1 Ketelan, Imam Priyanto, Jaka Prasetya, Ani Rahmawati dan Nur Fitri Astuti dikirim sekolah mengikuti optimalisasi kecakapan guru kelas VI sekolah dasar.
Bertajuk ‘Pendidikan Seks Terintegrasi Kurikulum Kelas VI SD materi pubertas dan optimalisasi bahan ajar SD melalui integrasi seruan bertakwalah dalam teks terjemahan al Qur’an’ di Auditorium Moh. Djazman Kampus I Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) di tengah pandemi Covid-19, Sabtu (29/5/2021).
Kepala Sekolah Program Sekolah Penggerak (PSP), Hj Sri Sayekti MPd mengatakan cara menyiapkan pendidik profesional di era society 5.0, memberi semangat dan melibatkan guru berbagai pelatihan dan seminar.
”Menghadapi era society 5.0, satuan pendidikan dibutuhkan adanya perubahan paradigma pendidikan. Guru berperan sebagai fasilitator, tutor, penginspirasi dan pembelajar sejati yang memotivasi peserta didik untuk ‘Merdeka Belajar’,” ujarnya.
Pembelajaran di era revolusi 4.0 bisa menerapkan hybrid/blended learning dan Case-base Learning. Bahkan pendidikan dalam era society 5.0, memungkinkan siswa atau mahasiswa dalam kegiatan pembelajaran berdampingan dengan robot yang sudah dirancang untuk menggantikan peran pendidik.
Tim pengabdian Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan UMS Dini Restiyanti Pratiwi SPd MPd ketika menjadi narasumber mengatakan pengaruh apapun guru tidak dapat digantikan perannya.
“Peranan guru tidak bisa digantikan karena interaksi dan modelling atau teladan,”ujar Dini.
Kurikulum pada semua jenjang dan jenis pendidikan dikembangkan dengan prinsip diversifikasi sesuai dengan satuan pendidikan, potensi daerah, dan peserta didik. Integrasi nilai keislaman dalam bahan ajar sekolah dasar. Kurikulum desentralisasi mengacu diversifikasi, mengakomodasi keberagaman, diterapkan dengan pemahaman penyempurnaan pola pikir.
“Pendidikan saat ini, kurikulum desentralisasi, kecakapan abad 21 dan peserta didik siap menghadapi era society 5.0,” imbuhnya.
Sementara itu, Imam Priyanto salah satu peserta mengatakan mendapat pengalaman tentang bagaimana penyempurnaan pola pikir. Pola pembelajaran berpusat pada guru menjadi berpusat pada siswa, satu arah menjadi interaktif, terisolasi menjadi jejaring, pasif jadi aktif.
“Pola belajar sendiri jadi tim, alat tunggal jadi berbasis multimedia, ilmu pengetahuan tunggal jadi ilmu pengetahuan jamak, berbasis massal jadi kebutuhan pelanggan dan pembelajaran pasif menjadi pembelajaran kritis,”pungkasnya.
Kontributor, Jatmiko.
0 comments:
Posting Komentar