SOLO – Langgar Taqarrub Jl. Tarumanegara Utama 50, Tempel RT 04 RW VII Kelurahan Banyuanyar Kecamatan Banjarsari menggelar sholat Idul Fitri sesuai protokol kesehatan (prokes) di tengah pandemi Covid-19 dengan imam dan khotib Wakil Kepala SD Muhammadiyah 1 Ketelan surakarta, Kamis (13/5/2021)
Demikian disampaikan Ketua Ta’mir Muhammad Nashir SAg ketika menjelaskan, Jatmiko dipilih karena ingin mendengarkan pemikiran Sekolah Program Penggerak dan semarak Ramadhan 1442 Hijriyah. Diharapkan khotib mengulas merawat jamah dengan perspektif yang baru sehingga memberi pencerahan kepada jamaah.
“Langgar Taqorrub selama bulan Ramadhan menggelar sholat lima waktu, sholat jama’ah tarawih dan cermah Ramadhan, sholat jama’ah shubuh dan kuliah subuh, TPA dan buka puasa bersama, Pengajian Ramadhan, tadarus al Qur’an, serta penerimaan dan pembagian zakat infaq, shodaqoh,”ujar Nashir.
Shalat Idul Fitri dengan prokes akan menjadi catatan sejarah umat Islam. Karena pandemi Covid-19, para ulama —baik ulama fikih maupun ulama kesehatan — meminta umat Islam melaksanakannya dengan disiplin kesehatan untuk memutus rantai penyebaran Virus Corona.
Ustadz Jatmiko menuturkan di zaman era industri 4.0 menuju era sociey 5.0, rasa-rasanya merawat Islam, merawat iman, mearawat ihsan adalah sesuatu yang sukar dan sulit. Karenanya, marilah kita tingkatkan ketakwaan kita kepada Allah di manapun, kapanpun, sampai ajal menjeput.
Nabi bersabda, “Ittaqillah haitsuma kunta, wa atbi’issayyiatal hasanata tamhuha”: Bertaqwalah kepada Allah dimana kamu saja berada, dan iringilah perbuatan yang buruk dengan yang baik niscaya dapat menghapuskannya. (HR. At Tirmidzi)
Menurut dia, agama Islam itu dibangun dengan lima hal, yaitu bersyahadat (bersaksi tidak ada tuhan selain Allah dan Muhammad adalah utusan Allah), mendirikan sholat, mengeluarkan zakat, menunaikan ibadah haji, dan berpuasa pada Ramadhan.
“Bila sebulan penuh kita praktikkan kebiasaan di bulan Ramadan dengan penuh pengahayatan, sebenarnya melatih orang tentang pentingnya maaf dan berbagi. Meminta maaf sebagai pengakuan kesalahan dan memberi harta sebagai bentuk solidaritas merupakan kemenangan tanpa proses menghancurkan. Memaafkan memang tidak mudah, butuh proses dan perjuangan untuk melakukannya,” terangnya.
Dia menambahkan, “firman Allah SWT, QS al-Baqarah ayat 177 'Bukanlah kebajikan itu menghadapkan wajah ke timur dan barat. Akan tetapi, kebajikan itu adalah beriman kepada Allah, kepada hari Akhir, kepada Malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, Nabi-nabi-Nya, serta mengeluarkan sebagian rezekinya bagi orang-orang yang dicintainya, kerabatnya, anak yatim, orang miskin, ibnu sabil, orang yang berhutang mendirikan sholat, dan menunaikan zakat'
Untuk itu, pesannya, semua orang saling mengakui ada kesalahan dalam diri masing-masing, melepaskan rasa stres dan depresi akibat menyimpan dendam dan amarah yang menahun.Tubuh dibebaskan dari belenggu-belenggu negatif yang mengotori jiwa dan pikiran.
Kontributor, Jatmiko.
0 comments:
Posting Komentar