Melansir data dari situs https://covid19.go.id/, bahwa perkembangan kasus Corona di Indonesia mengalami lonjakan dan menempatkannya pada peringkat ketiga di seluruh dunia. Lonjakan kasus tersebut disinyalir karena munculnya berbagai varian baru virus Corona. Hal itulah yang menjadi salah satu latar belakang diberlakukanya PPKM Darurat Jawa dan Bali.
Untuk meminimalkan kekhawatiran dan berbagai masalah yang timbul akibat lonjakan kasus tersebut, SD Muhammadiyah Program Khusus Kottabarat Surakarta menggelar Kajian Daring Komprehensif #Seri 3 dengan tema "Varian Baru Corona Bagaimana Menyikapinya?," dilaksanakan secara daring melalui Zoom Meeting dan disiarkan langsung di SDMUHPK TV, Jumat (9/7/2021).
Kajian tersebut menghadirkan narasumber dr. Tonang Dwi Ardyanto, Ph.D., Wakil Direktur Pendidikan dan Penelitian RS UNS dimoderatori oleh Andi Arfianto, Ketua Gugus Tugas Penanggulangan Covid-19 SD Muhammadiyah Program Khusus Kottabarat Surakarta.
"Tidak resah dan tidak gegabah, hindari berita yang tidak jelas sumbernya, bertanya kepada yang kita percaya kompetensinya," ucap dokter Tonang sebelum mengawali pemaparan materi kajian. Hal tersebut sengaja ia sampaikan di awal untuk mengedukasi peserta kajian agar tetap tenang tetapi juga tidak menyepelekan perkembangan pandemi di Indonesia.
Pada awal pemaparan materi kajian, dokter Tonang mengajak peserta untuk kembali mengenal virus Covid-19. Ia memberikan ilustrasi berupa gambar virus yang memiliki spike atau seperti paruh pada burung.
Paruh tersebut adalah gambaran spike virus Covid-19 yang digunakan untuk menginfeksi tubuh manusia. Mutasi yang terjadi pada spike virus merupakan perubahan yang terjadi agar virus lebih mudah menginfeksi manusia. Dampak dari mutasi inilah yang menyebabkan munculnya berbagai jenis varian baru.
Selanjutnya, narasumber menyampaikan informasi tentang varian virus Delta yang cepat menyebar dan meyebabkan lonjakan kasus beberapa pekan terakhir.
Menurutnya, Delta adalah salah satu varian virus yang mudah menular karena lebih mudah berikatan dengan sel manusia akibat mutasi yang dialaminya. Selain itu, varian ini memiliki perubahan yang tidak segera dikenali oleh imun tubuh kita.
"Lebih mudah menular, lebih cepat menginveksi, tetapi tidak menambah keganasan" ungkapnya untuk menambah ketenangan para peserta.
Menyikapi berbagai varian baru tersebut ia menekankan pentingnya menerapkan protokol kesehatan dengan disiplin.
"Selain menerapkan dan memperhatikan 5 M, kita juga harus menerapkan protokol VDJ, yaitu Ventilasi, Durasi, dan Jarak," ujarnya.
VDJ merupakan protokol yang memperhatikan ventilasi udara ruangan, durasi kegiatan di sebuah ruangan, dan jarak antarorang di sebuah ruangan. Hal ini sangat penting bagi orang-orang yang terpaksa tetap beraktifitas di luar rumah.
Salah satu peserta kajian, Atit Nur Ariyanna, menanyakan tentang protokol pemakaian masker dalam menghadapi varian Delta.
"Dengan munculnya varian baru ini kita dianjurkan memakai masker dobel, bagaimana protokol yang benar dalam pemakaian masker dobel tersebut?," tanya Atit.
Menanggapi pertanyaan tersebut dokter Tonang menyarankan memakai masker bedah untuk lapisan dalam dan masker kain untuk yang di luar.
Di akhir pemaparan, narasumber menyampaikan bahwa sebanyak apapun varian virus yang ada, hal tersebut tidak membahayakan asalkan virus tidak menginfeksi diri kita. Oleh karena itu, ia mengajak untuk senantiasa menerapkan protokol kesehatan dengan disiplin agar virus tidak mudah masuk dan menginfeksi tubuh kita.
Agus Supardi/Staf Humas SD Muhammadiyah PK Kottabarat Surakarta +6285221302389
0 comments:
Posting Komentar