SOLO - Ciri-ciri kepemimpinan transfomasi. Muncul pada waktu sekolah menginginkan untuk meningkatkan motivasi dan moralitas yang tinggi. Berusaha untuk memotivasi dan menginspirasi warga sekolah dengan cara menjelaskan bahwa pekerjaan mereka penting dan penuh tantangan. Mampu mengurangi ketergantungan guru/karyawan terhadap pemimpin/KS, dengan cara mendelegasikan kewenangan, mengembangkan kemampuan, dan meningkatkan rasa percaya diri guru/karyawan. Mengembangkan pemikiran visioner.
Lebih mengembangkan cara kerja kolaboratif ketimbang cara kerja hierarkis, dengan melalui pembelajaran individual maupun pembelajaran Sekolah. Meningkatkan pemberdayaan guru/karyawan sehingga cocok untuk menghadapi perkembangan situasi dan lingkungan yang berpengaruh terhadap Sekolah.
Hal tersebut disampaikan Sri Sayekti dalam Webinar Kepemimpinan Transformatif yang diselenggarakan oleh Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) hasil kerja sama dengan Majelis Dikdasmen PDM Kota Surakarta, Sabtu (28/8/2021)
Sedangkan bertindak sebagai narasumber lain adalah Prof Dr Sutama MPd (Dekan FKIP UMS), dan Dr Sabar Narimo MM (BPH UMS).
Sayekti menuturkan, kepala sekolah, bisa dikatakan, harus mampu mengembangkan mengembangkan potensi diri. Diawali, Mengenal Diri Sendiri, Kuatkan niat, Berkomitmen terhadap niat dan tujuan, Cari tahu kelebihan dan kekurangan Diri, Open Minded terhadap saran dan Kritik, Buang pikiran negatif, Dapatkan teman-teman yang positif.
“Tidak takut mencoba hal baru. Terapkan kebiasaan baik. Optimisme,” papar Kepala Sekolah Peggerak SD Muhmmadiyah 1 Surakarta.
Kepemimpinan transformasi adalah paradigma baru. Memiliki tujuan atau misi. Mampu mengambil keputusan strategis. Mampu memimpin perubahan. Memiliki kemampuan melaksanakan pelatihan dan pembimbingan. Mampu membangun hubungan kerja sama.
“Memiliki orientasi pembelajar, daya juang, kematangan beretika, mampu memimpin implementasi dan mampu mendorong inovasi,” ucapnya.
Sedangkan, menurut Prof Sutama bahwa Sekolah Berkemajuan dan Menggembirakan itu bisa dilihat dari input, proses maupun output.
“KepSek efektif, Guru/Pegawai ahli. Fasilitas lengkap. Lingkungan kondusif. Tampilan sekolah Menarik. Kurikulum berstandar “tinggi”. Dana pendukung “cukup”. Siswa terseleksi,” ungkapnya.
Oleh karena itu, menurutnya, dalam proses baik sisi Pembelajaran, metode dan Pengujian Efektif. Organisasi/Manajemen/Administrasi “Baik”. Hubungan Masyarakat atau Industri erat. Unit Produksi maju, lancar. Kegiatan Ekstra kurikuler Aktif, semarak. Penerapan “Budaya” terlaksanadan Pengendalian mutu efektif .
“Outputnya nilai hasil belajar memuaskan. Kompetensi dicapai di atas standar. Tingkat kelulusan tinggi. Keterserapan ke Dunia kerja tinggi dan Kepercayaan Masyarakat tinggi,” tandasnya.
Menurut Dr Sabar Narimo, kepemimpinan transformasional kepala sekolah
berbasis kearifan lokal adalah Kepala Sekolah sebagai pembaharu, dengan memberi keteladanan, dan mendorong kinerja dan memberdayakan komponen sekolah (guru, tendik dan siswa) untuk mampu meningkatkan prestasi dan kualitas sekolah serta menghadapi berbagai tantangan, didasarkan atas sistem nilai yang telah dibangun.
“Nilai nilai kearifan lokal, baik berupa gagasan, tuntunan, pemikiran, akal budi, maupun karya karya berupa berupa seni, bangunan, dan peradaban lain,” pungkasnya.
Kontributor, Humas Jatmiko.
0 comments:
Posting Komentar