SOLO – Sekolah Dasar (SD) Muhammadiyah 1 Ketelan Surakarta, Jawa Tengah menggelar test antigen terhadap 68 guru karyawan persiapan kembali pembelajaran tatap muka (PTM) terbatas di tengah penerapan PPKM level 3.
Kepala Sekolah Sri Sayekti mengatakan, test antigen salah satu cara antisipasi adanya Covid-19 dalam tubuh. Mengedepankan prinsip kehati-hatian. Memastikan ketersediaan sanitasi dan tolilet bersih di bawah supervisi klinis Pengawas Korwil III Tri Winarni.
Dan untuk mendongkrak imunitas dan perbaikan gizi, sekolah menempuh berbagai cara. Berbagi telur rebus, suplemen kesehatan multivitamin, dan sari bubur kacang hijau.
“al Hamdulillah 100 persen hasilnya negatif bekerja sama RS PKU Muhammadiyah Sampangan. Hadir Hesti Mariana Amd Ak dan Azidana Rizky Haj Nur Azizah Amd Kes, digelar dengan protokol kesehatan secara ketat,” ujar Sayekti ditemui usai kegiatan di Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) Modern, Jum’at (17/09/2021).
Kita kenal pembagian generasi saat ini — seperti teori generasi yang dikemukakan oleh Graeme Codrington dan Sue Grant-Marshall (2004) — adalah Generasi Baby Boomers (kelahiran 1946–1964); Generasi X atau Baby Bust (1965-1979), Generasi Y atau milenial (1980 -1994), Generasi Z (1995–2009) dan yang terbaru adalah Generasi Alfa (2010-2024).
“Siap pembelajaran tatap muka terbatas, Senin 20 September 2021 untuk kelas 5 dan 6. kita laksanakan dengan prokes tentunya. Hal ini upaya antisipasi generasi learning Loss. Mudah-mudahan tidak ada kasus Covid-19 saat PTM,” ucapnya.
Generasi Alfa lebih mudah menikmati pembelajaran melalui media Audio Visual dibanding media-media yang lain. Alangkah baiknya pendidik lebih banyak menggunakan bahan ajar yang berbasis video, yang bisa diakses secara online.
Saat guru melakukan pembelajaran tatap muka, sedapat mungkin menggunakan media audio visual agar pembelajaran tatap muka lebih menarik bagi Generasi Alfa. Sementara itu, belajar daring yang tidak tepat dan berkepanjangan, justru bisa mengasingkan dan menjauhkan diri anak dari kebutuhan belajar sejatinya.
“Gairah belajar yang hilang, kemauan dan minat yang menurun, atau kemandirian belajar kurang, akan sangat mengganggu proses dan output belajar,” beber Sayekti.
Kontributor Sekolah Penggerak SD Muh 1 Solo, Jatmiko.
0 comments:
Posting Komentar