Selasa, 08 Maret 2022

Penguatan Nilai Pendidikan Karakter dalam Pembelajaran Pascapandemi Covid-19 Oleh Eko Purnomo, S.Pd. (Guru Bahasa Indonesia SMK Muhammadiyah 4 Surakarta dan Mahasiswa Pascasarjana MPBI UMS)

Gambar 1 : Guru Mengamati Pembelajaran Berkelompok untuk Meningkatkan Karakter Kerjasama

Selama masa pandemi Covid-19 pembelajaran dilaksanakan secara online atau jarak jauh. Banyak dampak yang dirasakan akibat adanya pembelajaran secara online ini. Efek yang paling besar dirasakan oleh orang tua dan guru dari adanya pembelajaran online ini adalah memudarnya nilai-nilai pendidikan karakter dalam diri peserta didik. Potensi kenakalan remaja di masa pandemi Covid-19 ini sudah dipastikan dapat meningkat drastis. Anak-anak belajar di rumah atau pembelajaran online, sedangkan orang tua bekerja. Ketika orang tua bekerja anak-anak di rumah tanpa ada pengawasan untuk belajar, sehingga perilaku-perilaku menyimpang dapat dilakukan oleh peserta didik. Banyak orang tua mengeluhkan bahwa anak-anak mereka menjadi lebih nakal disebabkan kurangnya pengawasan.
Pendidikan karakter perlu mendapatkan perhatian yang lebih sebagai antisipasi penurunan kualitas pendidikan karakter. Pendidikan karakter adalah salah satu usaha sadar yang dilakukan oleh instansi pendidikan dalam hal ini adalah sekolah yang mempraktikkan untuk menumbuhkan nilai-nilai atau watak yang baik sesuai dengan budaya masyarakat. Eko Purnomo & Agus Budi Wahyudi (2020) menyatakan bahwa kualitas pendidikan karakter di Indonesia dari tahun ke tahun dipandang oleh sebagian kalangan kian mengalami penurunan. Penyimpangan perilaku di lingkungan sekolah dapat terjadi dikelas atau di luar kelas.

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia telah menguraikan nilai-nilai pendidikan karakter yang wajib diberikan kepada peserta didik. Nilai-nilai pendidikan karakter tersebut yaitu religius, jujur, toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air, menghargai prestasi, bersahabat/komunikatif, cintai damai, gemar membaca, peduli lingkungan, peduli sosial, dan tanggung jawab. 

Salah satu strategi yang dapat dilakukan oleh guru dalam masa pembelajaran tatap muka terbatas ini yaitu mengintegrasikan nilai-nilai pendidikan karakter dalam pembelajaran. Misalnya cara yang dapat dilakukan guru yaitu dengan mengintegrasikan nilai pendidikan karakter dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Nilai-nilai pendidikan karakter di integrasikan dalam pembelajaran melalui RPP. Cara ini dapat meningkatkan nilai karakter dalam diri peserta didik. Di dalam kelas guru dapat menggunakan metode pembelajaran secara berkelompok. Metode berkelompok dapat meningkatkan nilai pendidikan karakter kerjasama peserta didik. 

Selain itu dapat dilakukan dengan pembudayaan di lingkungan sekolah. Budaya sekolah yang mampu meningkatkan karakter peserta didik misalnya yaitu budaya 5S (Senyum, salam, sapa, sopan,dan santun). Budaya 5S perlu diterapkan kembali dimasa pembelajaran pascapandemi Covid-19. Dengan adanya budaya 5S siswa akan terbiasa melakukan kegiatan dengan mengedepankan 5S. Misalnya bertemu dengan guru dapat bertegus senyum dan menyapa. 

Salah satu budaya yang dapat dilakukan di sekolah untuk menumbuhkan karakter siswa yaitu melakukan salat duha. Sebelum memulai pelajaran siswa dianjurkan untuk dapat melaksanakan salat duha secara berjamaah. Budaya salat duha ini mampu meningkatkan nilai karakter agama dalam diri siswa. Dengan pembiasaan ini diharapkan siswa dapat mengimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari. Budaya salat duha juga sudah dilaksanakan di SMK Muhammadiyah 4 Surakarta dalam pembelajaran tatap muka. Salat duha efektif meningkatkan nilai karakter agama dalam diri siswa, karena siswa langsung diajak untuk mempraktikkan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar