SOLO – Asesmen diagnostik (AD) merupakan cara memotret profil siswa. Demikian disampaikan Sri Sayekti pada acara Rapat Koordinasi Kegiatan Sekolah yang digelar secara tatap muka, Jumat (10/6/2022).
Dalam acara yang dilaksanakan tim guru berkolaborasi Cindo Consulting biro psikologi dan konsultan manajemen SDM, dia mengatakan asesmen ini diadakan SD Muhammadiyah 1 Ketelan Surakarta sebagai implementasi Program sekolah penggerak dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Riset, dan Pendidikan Tinggi.
“AD ini diadakan untuk memberikan manfaat bagi sekolah, guru dan orang tua sebagai landasan dalam mendidik dan membimbing mereka mendapatkan informasi dan ilmu pengetahuan yang dibutuhkan,” ungkap Kepala Sekolah Penggerak Sri Sayekti.
Sayekti menjelaskan tujuan AD ini secara spesifik, bagaimana mengidentifikasi kompetensi, kekuatan, kelemahan siswa, sehingga pembelajaran bisa dirancang sesuai dengan kompetensi dan kondisi siswa. “Kelas 1 berkaitan profil siswa, tipe belajar siswa. Kemudahan bagi guru kelas 2 untuk mengetahui cara belajar,” ujarnya.
Dia berharap dengan diadakannya AD ini bisa berdampak pada karakter dan membangun sekaligus meningkatkan hasil belajar siswa. “Ketika hal ini bisa dicapai tentunya ini bisa sebagai acuan pendidik untuk mendesain proses pembelajaran ataupun dalam menyusun bahan ajar dan media pembelajaran sesuai dengan gaya belajar siswa,” jelasnya.
Sayekti mengatakan kelas 3 berkaitan dengan bakat dan minat. Sedangkan kelas 4 pengelompokan berdasarkan minatnya. Tidak ada penjurusan. Dan tidak ada moving class.
“Berdasarkan hasil asesmen diagnosis gaya belajar siswa bisa diketahui bahwa gaya belajar ada tiga jenis gaya belajar baik visual, auditori, dan kinestetik. Bisa menonjol di bidang tahfiz, seni, olahraga, iptek (sains, teknologi informasi komunikasi, dan Bahasa inggris),” tuturnya. Sedangkan ketiga, lanjutnya, adalah survai lingkungan
Sayekti berharap dengan dilaksanakannya AD tersebut, bisa benar-benar memotret profil siswa di Program Sekolah Penggerak, berfokus pada pengembangan hasil belajar siswa secara holistik. “Diawali dengan SDM yang unggul baik kepala sekolah, guru dan warga sekolah,” katanya.
Penilaian diagnostik, sambungnya perlu dilakukan karena akan memampukan guru mengidentifikasi ketertinggalan kompetensi, kekuatan, kelemahan siswa. Hasil penilaian diagnostik akan digunakan sebagai acuan pelaksanaan pembelajaran. Guru perlu merancang dan melakukan pembelajaran yang sesuai dengan kompetensi dan kondisi siswa.
Kontributor, Jatmiko.
0 comments:
Posting Komentar