SOLO – Belajar jurnalistik makin menggembirakan. Hal itulah yang dirasakan peserta didik ekstrakurikuler jurnalistik cilik sekolah penggerak SD Muhammadiyah 1 Ketelan Surakarta, Jumat (22/7/2022).
Seperti pengakuan Nadhifa Zahra Alfarani, salah seorang siswi. Dia mengaku terkejut ketika dirinya jadi objek berita dari contoh berita yang disampaikan Jatmiko, Wakil Kepala Sekolah bidang Humas, salah seorang pengajar jurnalistik cilik sekolah tersebut.
“Sejak aku duduk di kelas 2 sudah mendengar Jurnalistik. Senang dan gembira belajar jurnalistik, ke depan mudah-mudahan bisa tulisanku bisa masuk majalah tunas melati yang telah meraih sertifikat Hak Kekayaan Intelektual (HKI) dari Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia (Kemenkumham),” ungkap Zahra.
Ternyata, sambung siswi kelas 4, semua pertanyaan yang diajukan pertemuan pertama dijadikan bahan berita. “Saya terkejut. Ternyata pertanyaan di pertemuan awal bisa jadi berita untuk mengenal unsur berita mulai dari 5W+1H diambil dari kata tanya dalam bahasa Inggris, what (apa), who (siapa), when (kapan), where (di mana), why (mengapa), dan how (bagaimana),” tutur dia.
Dia berharap ekstra jurnalistik cilik bisa mewujudkan banyak peserta didik yang menekuni dunia jurnalistik cilik di era industri 4.0 menuju era masyarakat society 5.0.
“Semoga dengan adanya jurnalistik cilik menjadi pondasi awal mewujudkan cita-cita saya sejak dini jadi guru, masuk youtube dan televisi,” ujar Zahra.
Kegiatan ekstrakurikuler wajib diikuti semua siswa. Ekskul diadakan untuk mengembangkan bakat dan minat siswa sehingga terlihat potensi yang ada dalam dirinya.
Menurut Jatmiko pengampu ekskul Jurnalistik Cilik, ada ekstrakurikuler wajib dan ekstrakurikuler pilihan. Baik bidang akademik, olahraga, maupun seni yang diminati siswa.
“Saya kira salah satu ekstra ini akan banyak membantu mewujudkan profil pelajar Pancasila yang beriman, bertakwa kepada Tuhan YME, dan berakhlak mulia, berkebinekaan global, bergotong royong, mandiri, bernalar kritis, dan kreatif,” ujar Jatmiko, Kontributor terbaik I.
Saat menyampaikan materi di kelas jurnalistik, Jatmiko sempat meminta beberapa siswa presentasi. Temanya bertajuk ‘siapa diriku’. Mayoritas siswa bisa menulis dengan lancar. Dari mengenal diri sendiri itu kemudian siswa diminta untuk membuat tulisan.
Metode tersebut, menunjukkan bahwa menulis itu mudah dan menggembirakan. “Cara saya praktis mengajarkan sebanyak 32 siswa pertemuan pertama dengan mengubah mengenal diri sendiri kebentuk tulisan dan memegang hasil jurnalistik cetak. Ada Koran misalnya Suara Merdeka, Jawa Pos, Radar Solo, Republika dan Solopos,” tegas Jatmiko.
Kontributor, Jatmiko.
0 comments:
Posting Komentar