Solo – Upaya Solo menjadi Kota Cerdas Pangan butuh dukungan semua kalangan. Tak hanya Pemerintah Kota (Pemkot), program tersebut perlu sokongan swasta, Lembaga Pendidikan, komunitas masyarakat hingga masyarakat sipil agar berdampak optimal. Sejauh ini sejumlah pihak telah melakukan kolaborasi nyata untuk mewujudkan system pangan yang berkelanjutan di Kota Bengawan.
Yayasan Gita Pertiwi belum lama ini mendampingi SD Muhammadiyah 1 Ketelan Solo dan SD Negeri Cemara Dua No 13 dalam pengelolaan kantin sehat dan ramah lingkungan. Ada pula Bank Sampah Gajah Putih Laweyan yang bekerjasama dengan dengan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) Gita Pertiwi.
Sejak berdiri pada tanggal 21 Desember 1991 di Surakarta, Gita Pertiwi telah melakukan berbagai kegiatan yang berorientasi pemberdayaan dan pengembangan sikap kritis masyarakat melalui isu lingkungan hidup dan keadilan sosial.
“Khususnya dalam rangka mengantisipasi masalah percepatan pembangunan yang menimbulkan berbagai dampak dan perubahan lingkungan yang merugikan kelompok perempuan dan anak-anak,” ujar Direktur Program Titik Eka Sasanti saat Pers Conference di Indah Palace Hotel, Jl Veteran No 284, Tipes, Kamis (29/12/2022).
Ikut membersamai kegiatan Kepala Bidang Perekonomian dan Sumber Daya Alam Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Solo Sultan Nadjamuddin, Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) Eko Nugroho Isbandijarso, Pengelola Bank Sampah Gajah Putih Sri Basuki Rachmat dan Wakasek Bidang Humas Sekolah Penggerak, Jatmiko.
Kepala Sekolah Penggerak SD Muhammadiyah 1 Ketelan Surakarta, Sri Sayekti, mengatakan sekolahnya mengembangkan kantin sehat ramah anak untuk menyediakan pangan yang aman dan bergizi. Dia menjelaskan pengelolaan kantin dikelola professional untuk memastikan para siswa mendapatkan asupan pangan yang tepat.
“Anak-anak hamper delapan jam berada di sekolah. Oleh karena itu, penting memastikan jajanan yang mereka konsumsi,” ujar Yekti, sapaan akrabnya.
Pelopor Kantin Sehat ini memberikan perhatian mulai dari pengolahan, pemilihan hingga penyajian makanan. Hal ini untuk memastikan makanan yang dijual sesuai standar Kesehatan. Tak hanya itu, kantin sehat didesain memiliki tata letak, sanitasi dan pencahayaan yang layak untuk mencegah hama penyakit.
Dia mengatakan kantin sehat memiliki tim khusus yang bertugas memantau dan mengevaluasi fasilitas secara berkala.
“Kami juga melibatkan siswa, dalam hal ini dokter kecil, untuk masuk dalam tim. Jadi ada partisipasi aktif guru, karyawan dan siswa,’ ujarnya.
Pihaknya terus melakukan inovasi agar kantin sehat semakin meningkatkan literasi tentang pangan. Salah satunya menyediakan makanan atau jajanan tradisional yang variatif dari berbagai daerah.
Yekti mengatakan siswa dapat sekaligus belajar tentang kebhinekaan lewat aneka ragam kuliner nusantara.
“Hakikatnya kantin sehat ini tidak sekedar untuk makan, tapi juga menunjang pembelajaran,” pungkasnya.
Kontributor, Jatmiko.
0 comments:
Posting Komentar