SMA Muhammadiyah 1 Surakarta mengadakan kegiatan outingclass di desa Bahasa Borobudur (13 Maret 2023). Kegiatan ini diikuti oleh 37 peserta didik kelas X-2 Program Khusus Bahasa Inggris SMA Muhammadiyah 1 Surakarta. Bersama empat guru pendamping Waka Humas Al Islam dan Kemuhammadiyahan, Dra Willys Sari Listiyani, M.Pd., Waka Kesiswaan, Suratman, S.Pd.I., Guru mapel Bahasa Inggris, Mahmud Alhushori, S.Pd dan Wali Kelas, Ayu Perdanasari, M.Pd.
Kegiatan outingclass bertujuan untuk memberikan ketrampilan dan keahlian dasar tertentu sebagai sarana menumbuhkan kreatifitas peserta didik. Melalui outingclass peserta didik dapat menambah pengetahuan dan kecintaan peserta didik terhadap lingkungan sekitar, mengurangi kejenuhan dalam belajar, merancang kreativitas dan meningkatkan motivasi belajar. Obyek outingclass kali ini yang dituju adalah desa bahasa Borobudur.
Ketika pertama menginjak kaki di desa Bahasa Borobudur, kita disambut ikon Global dan peta Indonesia seperti yang ada di Universal Studio Singapura. Uniknya disisi belakang ada tulisan Desa Bahasa Borobudur dilengkapi stupa Candi Borobudur
Desa Bahasa Borobudur teletak di dusun Parakan, desa Ngargogondo, kecamatan Borobudur Kabupaten Magelang, Jawa Tengah. Sekilas tampak seperti desa-desa pada umumnya, namun dari desa sinilah para anak muda kampung terbina secara fasih menguasai bahasa Inggris. Ini merupakan efek dari pariwisata yang berkembang di Borobudur.
Desa bahasa Borobudur berawal dari keinginan Hani Sutrisno, mantan pedagang asongan Candi Borobudur, tahun 1998 memberanikan diri untuk membuka kursus bahasa Inggris bagi masyarakat sekitar, karena makin banyak wisatawan mancanegara yang berkunjung di kawasan Borobudur yang menuntut penguasaan bahasa Inggris bagi warga sekitar kawasan Borobudur agar mampu berkomunikasi dengan bahasa Inggris. Desa Bahasa Borobudur ini telah ada sejak 1998, sempat mati suri beberapa tahun, hingga tahun 2011 kembali aktif dengan semangat dan standar baru. Bahkan di tahun 2013 silam. Ketika Menteri BUMN Dahlan Iskan mencanangkan Gerakan "Indonesia Speaks English" dari desa tersebut.
Metode-metode pembelajaran khusus yang diterapkan di Desa Bahasa Borobudur membuat belajar berbahasa menjadi lebih gampang dan menyenangkan jauh dari kesan sulit. Dengan teknik ”listening” dan ”drilling” para peserta cukup mendengarkan, menirukan dan mengucapkan.
Peserta didik mendapat arahan dari Pemandu Nurofiatul Aziz, Ahmad Afiata dan Radit Permana Putra. Mereka menerapkan metode SPEC (Simpel dan Comunikation). Ada beberapa tip yang harus dilakukan agar peserta didik lancar berbahasa Inggris yaitu: berdoa, berani, menghapal dan praktek. Manager Wisata desa Bahasa Borobudur, Nurofiatul Aziz memberi nasehat, ”Jangan malu untuk berbahasa Inggris dan yang penting komunikatif dimengerti maksudnya dan sopan”.
Ada yang menarik dalam kegiatan di desa bahasa Borobudur yaitu peserta didik diajari bermain angklung. Setelah latihan cara memegang, memainkan dan mencoba notasi maka peserta didik berhasil menyanyikan lagu Suwe Ora Jamu dan Ibu Pertiwi.
Kegiatan selanjutnya mempraktekan pembelajaran dari desa bahasa Inggris dengan mencari turis di plataran Candi Borobudur. Peserta didik mencari turis dan mengajaknya berkomunikasi dengan mewawancari dan sebagai bukti diakhiri dengan berfoto dan membuat video pendek berisi rekaman saat interview.
Semoga dengan outingclass di desa Bahasa Borobudur, peserta didik SMA Muhammadiyah 1 Surakarta terasah ketrampilannya dan dapat menumbuhkan semangat berkreatifitas dalam berbahasa Inggris
0 comments:
Posting Komentar