Solo – Kelompok Kerja Kepala Sekolah (KKKS) Kecamatan Wonogiri Kabupaten Wonogiri Provinsi Jawa Tengah menggelar studi tiru di Sekolah Penggerak Berkemajuan SD Muhammadiyah 1 Ketelan Surakarta, Selasa (7/3/2023).
K3S berangkat dari Wonogiri ke Solo pukul 08.00-08.45 WIB. Terdiri dari 47 orang yang terdiri dari kepala sekolah SD/MI, 4 Pengawas Dinas P dan K Kabupaten Wonogiri serta Koordinator Wilayah Kecamatan Wonogiri Drs Pamudi MPd.
“Studi tiru diharapkan meningkatkan kualitas pembelajaran dalam implementasi kurikulum merdeka,” ucap Ketua K3S Wonogiri, Sukiyatno SPd.
“Kegiatan studi tiru tersebut juga diharapkan dapat meningkatkan sinergi dan membangun kerja sama untuk melakukan transformasi pendidikan dalam rangka memberikan layanan pendidikan yang baik dan berkualitas bagi semua peserta didik serta mendukung terwujudnya tujuan pendidikan nasional,” katanya.
Sementara itu, narasumber utama Sri Sayekti mengatakan tahun ini merupakan tahun kedua bagi sekolah yang ia pimpin, menerapkan Program Sekolah Penggerak (PSP). Sayekti bercerita bahwa pada tahun pertama (2021-2022), program ini berjalan dengan baik meskipun saat itu buku panduan dan lainnya masih minim.
Dalam mengatasi berbagai tantangan yang dirasakan sekolahnya pada tahap awal pelaksanaan PSP, Sri Sayekti bersama rekan guru lain mendeskripsikan sendiri program yang harus dirancang. Seiring dengan tetap melaksanakan sosialisasi, penyusunan Kurikulum Operasional Satuan Pendidikan, dan pelatihan untuk guru.
Selain itu, dalam upaya meningkatkan kualitas pembelajaran yang fleksibel, efisien, dan esensial; sekolahnya menyusun perangkat ajar, seperti melakukan asesmen awal untuk bakat dan minat yang sesuai dengan tipe belajar siswa.
Penting menurut Sayekti untuk menyelenggarakan tes asesmen kognitif. Dengan demikian, guru dapat mengelompokkan siswanya di kelas sesuai dengan karakteristik dan kemampuan mereka di awal tahun ajaran baru.
“Oleh karena itu, sekolahnya menyelenggarakan tes bagi kelas 1, 2, dan 3, untuk melihat tipe belajar siswa,” bebernya, sambil tersenyum.
Rekomendasi dari hasil tes tersebut dibagikan kepada wali kelas. Kemudian, wali kelas merancang modul ajar dan kegiatan pembelajaran. Untuk kelas 4 dan 5, asesmen dilakukan berdasarkan bakat dan minat, kelas seni, olahraga, dan IPTEK. Tak hanya itu, sekolah juga mengadakan penambahan jam bagi beberapa kelas yang membutuhkan.
“Guru kami sudah melaksanakan pembelajaran terdiferensiasi dimulai dari penyusunan modul ajar sesuai dengan hasil asesmen diagnostik,” ujar Sri Sayekti.
Dia menyadari bahwa dirinya adalah sosok pemimpin dalam proses pembelajaran. Untuk itu, ia selalu berusaha untuk mendampingi guru selama melaksanakan pelatihan. Tak hanya para guru, Sri mengatakan bahwa ia pun turut belajar.
“Saya belajar bagaimana menggunakan data dan fakta yang ada untuk merancang program sekolah dan mengembangkan sekolah berdasarkan Rapor Pendidikan sesuai dengan rekomendasi dari kementerian,” ujarnya.
Kontributor, Jatmiko.
0 comments:
Posting Komentar