SOLO – Siaran di Radio Republik Indonesia (RRI) Surakarta Pro 1 dan Pro 4 dalam program Nuansa Ramadan 1444 Hijriah, Wakil Kepala Sekolah Penggerak SD Muhammadiyah 1 Ketelan Dwi Jatmiko mengupas tentang Ramadhan Bulan Istighfar, host Yogi dan penanggung jawab acara Parni.
“Di waktu sahur di bulan Ramadan mempunyai banyak keutamaannya. Salah satunya memperbanyak istighfar. Sayangnya, amalan satu ini sering terabaikan, malah kebanyakan kaum muslim saat bersahur, sibuk dengan menonton acara-cara televisi,” kata Dwi Jatmiko, Wakil Kepala Sekolah bidang Humas, Selasa Sore (18/4/2023).
Jatmiko menjelaskan, sebagai muslim kita jangan menyia-nyiakan kesempatan besar ini untuk meraih pahala. Allah telah menawarkan diri-Nya kepada para hamba-Nya untuk memberikan ampunan kepada siapa yang memohon ampun kepada-Nya di waktu sahur.
Waktu sahur terjadi pada waktu fajar, sepertiga malam (di bulan Ramadhan 1444 H, mulai sekitar pukul 03.00 WIB hingga datang imsak sekitar pukul 04.30 WIB), dan pukul 04.30 batas imsak, habisnya waktu sahur. Alangkah begitu singkatnya durasi waktu sahur itu.
Dalam konteks kekinian, kita yakin istighfar akan menhadirkan berkah. Nabi SAW bersabda, “Barangsiapa yang senantiasa istighfar niscaya Allah akan menjadikan baginya kelapangan dari segala kesedihan yang menderanya, jalan keluar dari segala kesempitan yang dihadapinya, dan Allah memberinya rezeki yang tidak ia sangka-sangka.” (HR. Abu Daud).
Dia menjelaskan, seandainya para penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, maka akan Allah limpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, akan tetapi mereka mendustakan ayat-ayat itu, maka Allah pun menjatuhkan siksaan yang disebabkan oleh perbuatan mereka sendiri.
“Kita lihat al quran Surah Al-A’raf ayat 96. Dan Dan tidaklah Allah akan mengazab mereka, sedang mereka meminta ampun. (Al Anfal:33),” ujarnya.
Namun masalahnya, sambung dia, orang yang tidak beriman dan bertaqwa, maka dia suka ingkar. Maka punya penyakit SMS, Apa itu SMS, senang melihat orang lain susah.
Terlebih, jika suka berselisih. Suka dengki, benci, bermusuhan, merusak, tidak menggunakan akal, tidak melaksanakan ayat-ayat Allah, menyalahkan kitab suci para Nabi, dan suka berbuat keji dan mungkar serta suka menerbar berita hoaks.
“Jadi, ketika kita meminta ‘afwun kepada Allah, hal itu bermakna kita meminta penghapusan dosa sampai hilang tak berbekas sehingga Allah batal menghukum. Ketika kita meminta magfirah kepada Allah, hal itu bermakna kita meminta agar ditutup dosa-dosa kita, sehingga selamat dari terbongkarnya aib di dunia, selamat dari dipermalukan dihari penghisaban, dan penggantian dosa dengan pahala,” katanya.
Kontributor, Jatmiko.
0 comments:
Posting Komentar