SOLO - Khutbah jumat di Masjid As-Syi’ar RRI Surakarta di isi oleh keluarga besar peserta standardisasi Da’i Majelis Ulama Indonesia angkatan ke-19 Dwi Jatmiko.
Mengawali khutbah, ustaz Jatmiko mengajak Jemaah meningkatkan keimanan dan ketakwaan kita kepada Allah swt.
“Siapa yang hari ini masih sama kadar keimanan dan ketakwaannya dengan hari sebelumnya adalah orang yang merugi. Sementara yang beruntung adalah dia yang mampu menjadi lebih baik setiap harinya,” tuturnya, Jumat (18/10/2024).
Sebagai umat Islam, di dorong untuk menaruh simpati dan empati kepada orang lain yang berkekurangan, baik dari sisi finansial, kekeringan jiwa dan motivasi, maupun hal lainnya.
Hal tersebut tentu saja harus diwujudkan dalam bentuk perhatian khusus kepada mereka, misalnya dengan berbagi makanan, minuman, atau sebagian harta kita kepada mereka untuk dimanfaatkan dalam menjalani kehidupannya.
“Orang dapat berbahagia karena bisa melanjutkan hidupnya berkat uluran tangannya. Maka, amalan berbagi makanan dan minuman ini dapat menjadi pelebur dosa bagi orang yang melakukannya hingga menjadi bagian dari hal yang mewajibkan pengamalnya mendapatkan rahmat hingga ampunan dari Allah swt,” bebernya.
Sungguh beruntung, Jatmiko mengutip Al-Qur’an Surat Al-Balad ayat 11-16, “Tetapi dia tidak menempuh jalan yang mendaki dan sukar? (11), Dan tahukah kamu apakah jalan yang mendaki dan sukar itu? (12), (yaitu) melepaskan perbudakan (hamba sahaya) (13), atau memberi makan pada hari terjadi kelaparan (14), (kepada) anak yatim yang ada hubungan kerabat (15), atau orang miskin yang sangat fakir (16).”
“Tidak sekadar imbalan surga bagi mereka yang memiliki kebiasaan berbagi makanan. Mereka juga mendapatkan pintu dan ruang khusus di surga. Hal ini digambarkan secara langsung oleh Rasulullah saw dalam haditsnya,” terangnya dalam khutbah.
Dipertegas, lanjutnya sungguh di surga terdapat suatu ruangan yang terlihat luarnya dari dalamnya, dan terlihat dalamnya dari luarnya. Abu Malik al-Asy’ari bertanya kepada Rasulullah saw, “Untuk siapa ruangan tersebut, wahai Rasulullah?” (Ruangan itu) Untuk orang yang berbicara dengan perkataan yang baik.
“Memberi makan kepada orang lain, beribadah malam hari sedang orang lain tengah asyik dalam lelapnya,” pungkasnya.
Kontributor, Jatmiko.
0 comments:
Posting Komentar