SOLO – Wakil Kepala Sekolah Penggerak SD Muhammadiyah (SDM) 1 Solo bidang Humas Dwi Jatmiko menyatakan para guru yang lolos pendidikan Guru Penggerak diciptakan untuk menjadi pemimpin pembelajaran yang kekinian dan berkemajuan.
Para Guru Penggerak selama pendidikan telah diberi materi tentang pembelajaran yang berpusat pada siswa dan berdiferensiasi yang disesuaikan dengan transformasi Kurikulum Merdeka.
“Guru Penggerak itu dididik untuk menjadi pemimpin pembelajaran. Semuanya sudah dikaitkan antara kurikulum kemudian gurunya yang bertransformasi,” kata Jatmiko, Selasa (3/12/2024).
Guru Penggerak merupakan pemimpin pembelajaran yang mendorong tumbuh kembang murid secara holistik, aktif, dan proaktif, dalam mengembangkan pendidik lainnya untuk mengimplementasikan pembelajaran yang berpusat kepada murid.
“Selamat menjadi guru penggerak kepada 12 guru berkualitas. Tri Yuniarti, Dyah Elina Indriyani, Eny Khusnul Khotimah, SW Winarsi, Ria Susanti, Nur Fitri Astuti, Dien Qonitah, Sri Martono Lanjarsari, Jaka Prasetya, Rusmawardah, Ivaningsih dan Dyah Ayu Ratnaningsih,” ucapnya.
Semoga ilmunya bermaanfaat bagi sekolah sebagai upaya melahirkan generasi yang berkarakter, berprestasi, dan berbudaya mutu. Para guru penggerak ini merupakan kader yang disiapkan menjadi pemimpin pembelajaran atau pemimpin di satuan pendidikan.
Dan para guru penggerak siap menyambut bahwa pendekatan deep, mindful, meaningful, dan joyful learning bukan kurikulum dan bukan pengganti Kurikulum Merdeka, melainkan sebuah pendekatan pembelajaran dengan tujuan agar siswa benar-benar belajar, memahami prosesnya, memaknai konten, serta menyenangi proses dan konten secara mendalam.
Dengan pendekatan belajar seperti itu, siswa akan selalu on task, di kelas dan/atau di lingkungan belajar lain yang sengaja digunakan guru untuk kegiatan pembelajaran mereka.
Gagasan utamanya adalah agar peserta didik dipandang sebagai subyek belajar, bukan obyek. Mereka dikondisikan aktif, dimotivasi supaya mampu mengamati, mengelompokkan, mendiskusikan, dan melaporkan berbagai fenomena setelah anak didik menjalani proses pembelajaran.
“Kita lihat ke belakang pada tahun 1984 kita juga menerapkan pendekatan pembelajaran yang disebut Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA). Pendekatan ini merupakan model baru yang memperbaiki pendekatan pembelajaran pada Kurikulum 1975,” ujar alimni pascasarjana UIN Raden Mas Said Surakarta.
Kontributor, Jatmiko.
0 comments:
Posting Komentar